MEGENGAN
Menghitung maju mulai hari ini sampai hari kesembilan, kita
sebagai umat islam khususnya, akan kedatangan bulan yang penuh berkah, bulan “Ramadhan”
banyak ungkapan-ungkapan sebagai datangnya bulan tersebut.
Melekat pada masyarakat islam Indonesia Jawa khususnya ada
tradisi “megeng” megengan adalah upacara simbolik yang digunakan sebagai
penanda bahwa manusia akan memasuki bulan Puasa. Megengan
diartikan orang jawa “ngempet” atau menahan dan yang berarti sebenarnya
mengingat bahwa sebentar lagi bulan puasa akan tiba. Ada
yang mengartikan Megengan dengan Meng-Ageng-ageng, artinya membesarkan atau
menyambut dengan besar-besaran, suka cita akan datangnya bulan Suci Ramadhan.
Megengan secara lughawi berarti Menahan, misalnya dalam ungkapan “megeng
nafas”, artinya menahan nafas, “megeng hawa nafsu” artinya menahan hawa nafsu
dan sebagainya, yang di dalam konteks Puasa adalah menahan hawa nafsu selama
bulan puasa, baik yang terkait dengan makan, minum, hubungan seksual dan nafsu
lainnya. Nafas Islam memang sangat kentara di dalam tradisi-tradisi leluhur
kita, dan sebagaimana diketahui bahwa Islam memang sangat menganjurkan agar
seseorang bisa menahan hawa nafsunya.
Banyak sybolik tradisi budaya Megengan, yang diungkapkan dalam
bentuk Ambengan, Bersih kuburan, Tahlil
Kuburan untuk mendoakan para leluhur, Tabuh Bedhuk dstnya. Masyarakat Jawa memiliki
ikatan tradisi yang sangat kuat dan unggah-ungguh mereka sangat dijaga terhadap
orang yang lebih tua dan pemuka masyarakat terutama agama. Prinsip utama yang diajarakan kanjeng sunan kali jogo dalam
mengkulturasi budaya jawa dengan muatan nilai-nilai keislaman adalah sabda
Rasul Muhammad SAW bahwa agama itu mudah maka mudahkanlah jangan dipersulit
(dibikin sulit) dalam pelaksanaannya. Kanjeng SunanKali Jogo ingin mengajarkan pada masyarakat tentang
nilai-nilai islam termasuk melaksanakan Sabda Rasulullah Muhammad SAW lewat
budaya (adat) yang ada di tengah masyarakat.
Salah satu metode dialektika untuk menciptakan dinamika
kehidupan manusia yang dirancang oleh Allah adalah fenomena laku puasa. Allah
sendiri bersikap sangat romantik terhadap puasa dan dalam berbagai kisah
menunjukkan betapa Ia amat sangat menyediakan cinta kasih yang khusus kepada
hamba-Nya yang sedang berpuasa. Para pelaku puasa seakan-akan selalu
dipeluk-Nya, didekap, dan selalu disayang-sayang-Nya.
Marilah melingkar melepas rindu, marilah melingkar mengupas
waktu, marilah melingkar dan bertukar maiyah.