Cangkrukkan Maiyah
Tasawuf Cinta kali ini berlokasi di Langgar Mbah Kyai Zainuddin di Dsn
Santren,Desa Malangsari, Tanjunganom. Nganjuk. Beliau adalah seorang sufi yang
mengambil jalan sunyi menyembunyikan dirinya dari keduniaan dan menjauhi nafsu
duniawi. Tasawuf Cinta malam itu terasa sangat istimewa karena bertepatan
dengan Hari Raya Kupatan/Ketupat atau “bodho kecil”. Sungguh malam itu juga
terasa istemewa karena semakin banyak dulur-dulur maiyah yang hadir mengikuti
cangkrukan maiyah kali ini.
Tasawuf Cinta pun
dimulai pukul 21.00 oleh kang Romadhon dan seperti biasa dibuka dengan membaca
tahlil dan wirid maiyah yang biasa dilantunkan oleh para jannatul maiyah di
setiap acara simpul-simpul maiyah. Acara tahlil dan wirid maiyah dipandu
langsung oleh Kang Isa Anshori yang selanjutnya doa oleh Mbah Kyai Zainuddin.
Lantunan wirid
maiyah malam itu seolah membawa hati para dulur-dulur maiyah yang hadir dalam
Tasawuf Cinta malam itu melebur menjadi satu dalam kekhusyukan.Selesai
melantunkan wirid maiyah acara Tasawuf Cinta dilanjutkan dengan penyampaian
tema malam itu oleh Gus Naf’an Salahuddin dan Pak Busthanul Ariffin yang
mengambil tema kali ini yakni Kupatan.
Kupatan
Mengapa kupatan?
Ini menarik, karena selama ini masyarakat kita selalu merayakan hari raya
dengan tradisi kupatan. Tradisi kupatan yang sudah sejak lama adasemenjak Islam
berkembang di Tanah Jawa yang disebarkan oleh para Wali Songo. Kupatan
sudah menjadi semacam Ikon hari raya Idul Fitri bagi umat Islam khususnya di
Jawa.Gus Naf’an Salahuddin dalam kesempatan malam itu menyampaikan bahwa
Tasawuf Cinta harus dirasakan dengan Roso, seperti sebuah cinta yg hanya bisa
dirasakan dengan roso (hati). Selanjutnya Gus Naf’an Salahuddin menjelaskan
bahwa Halal Bihalal bisa diartikan menghalalkan bermaaf-maafan, menghalalkan
hari raya dan menghalalkan silaturahmi. Orang jawa sangat pintar, orang jawa
sangat suka mengotak atik kata atau dalam istilah jawanya “gothak gathuk seng
penting mathuk”. Nah kupat bisa diartikan "ngaku lepat" yang berarti
mengakui kesalahan artinya meminta maaf dan mengakui segala kesalahan yang
telah diperbuat dalam bermasyarakat.
Selanjutnya Gus Naf’an
menyampaikan bahwa puasa ramadhan, takbir dan sholat Idul Fitri adalah perintah
dalam agama sedangkan Silaturahmi merupakan sebuah tradisi. Seperti hadist,
tidak semua hadist adalah sunah, hadist juga ada yang hanya merupakan sebuah
tradisi atau budaya bangsa arab.
Lalu beliau bertanya kepada dulur maiyah Tasawuf Cinta
tentang “kenapa orang itu harus mudik?” tentu saja kita tak pernah
berfikir kesitu. Kemudian beliau menjelaskan kenapa orang itu mudik khususnya
orang Jawa Timur karena sebagian besar penduduk Jakarta bisa dikatakan berasal
dari Jawa Timur. Tentu saja semua itu karena manusia mengikuti perputaran
rezeki dari Allah. Masyarakat pergi ke Jakarta mencari rezeki dan rezeki itu
dibawa ke kampung halaman karena sebuah perputaran. Namun apakah kita sudah
meminta maaf dengan benar saat Lebaran, seolah kita meminta maaf hanya karena
sebuah tradisi bukan karena kita merasa bersalah atau kita punya salah dengan
orang lain.Gus Naf’an menutup materinya dengan mengatakan bahwa kita harus
senantiasa membaca doa لََّ إِ لَ إِ ا لَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِن ي كُنْتُ مِنَ ال ا ظالِمِينَ
(Laila haila anta subhanaka inni kuntu minaddzholimin dan Robbana dholamna
anfusana wailam taghfirlana watarhamna lana kunnana minal khosirin) agar
menjadi perisai diri yang mampu menjaga kita dari sifat ujub, sombong, kikir,
iri dengki dan lain-lain.
Beliau juga
menjelaskan bahwa kupatan ini sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita
khususnya masyarakat islam di Jawa. Hari Raya Idul Fitri dan budaya silaturahmi
sudah menjadi tradisi yang turun temurun. Masyarakat Muslim di Nusantara setiap
tahun selalu melakukan Mudik ke kampung halaman setiap kali Hari Raya Idul
Fitri yang tentu saja hal ini bukanlah sebuah perintah dalam Al Quran maupun
sunah hadist. Tapi sebuah budaya yang sudah lama ada dan terjadi hanya di
Indonesia di bumi Nusantara kita.
* * * * *
Malam pun mulai larut
dan selanjutnya Pak Bustanul Arifin menyampaikan urainnya tentang Kupat. Pak
Bus menyampaikan bahwa istilah janur itu berarti Jabal Nur yang berarti Gunung
Cahaya atau Jabal Rahmah yang merupakan tempat bertemunya Nabi Adam AS dengan
Siti Hawa. Seperti halnya Gus Naf’an, Pak Bustanul Arifin juga menjelaskan
pengertian kupat namun dalam hal ini Pak Bus menjabarkan kupat dalam tiga
pengertian yakni yang pertama kupat adalah ngaku lepat, sebagai manusia harus
mengakui kesalahannya. Kedua adalah laku sifat yang berarti tingkah laku atau
sifat sesorang kehidupan. Dan pengertian ketiga dari kupat adalah Seng Baku
Perkoro Papat atau yang baku ada empat hal yakni 1. Percaya, 2. Takwa, 3.
Hak/kewajiban, 4. Islam/muslim. Nah empat hal ini yang harus senantiasa kita
kerjakan sebagai seorang muslim. Malam pun mulai menunjukkan dini hari sekitar
pukul 00.30 acara dilanjutkan dengan diskusi dengan para dulur maiyah sambil
menikmati nasi pecel yang sudah disiapkan oleh panitia acara Tasawuf Cinta.
Saat menunjukkan pukul 01.30 acara ditutup bersama dengan ucapan rasa syukur
karena acara berjalan dengan lancar. Semoga Sholawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Rosululloh Muhammad S.a.w. Demikianlah, saya merasa
malam itu Tasawuf Cinta berada dalam malam yang penuh Cinta dan kemesraan
ditengah perjuangan Jannatul Maiyah Tasawwuf Cinta
0 Komentar